Rabu, 02 April 2014



Lahan Kering (Tegalan)


Disusun oleh:


Halim Surya Putra                       20130220031

                  
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2014


LATAR BELAKANG
Lahan kering adalah bagian dari ekosistem teresterial yang luasnya relatif luas  dibandingkan dengan lahan basah (Mutmainah, 2009).  Pada saat ini pemanfaatan lahan kering untuk keperluan pertanian baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan/ perkebunan sudah sangat berkembang.
Pemanfaatan lahan kering di daerah perbukitan dan pegunungan untuk pertanian semusim untuk menghasilkan bahan pangan banyak dijumpai dan dilakukan penduduk yang bermukim di pedesaan.  Dengan pemanfaatan lahan kering di pegunungan dan perbukitan secara terus menerus tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan menyebabkan terjadinya  erosi dan penurunan kesuburan yang berat. Sedangkan secara ekologi akan mengganggu keseimbangan ekosistim terjadi  penurunan kekayaan hayati yang berat  (Stehr, 1982). Para pakar lingkungan di Indonesia  membagi Agroekosistem lahan kering kedalam beberapa kategori berdasarkan iklim,  ketinggian tempat dari permukaan laut dan jenis tanah dengan ketentuan sebagai berikut:
Berdasarkan Iklim.
1)   Lahan kering iklim basah (LKIB) yaitu daerah yang memiliki curah hujan diatas 2500 mm/tahun
2)   Lahan kering iklim kering (LKIK)  yaitu daerah yang memiliki curah hujan dibawah 2000 mm/ tahun
Berdasarkan ketinggian tempat.
1.    Lahan kering dataran tinggi (LKDT) yaitu daerah yang berada pada ketinggian diatas 700 meter dpl.
2.    Lahan kering dataran rendah (LKDR) yaitu daerah yang berada pada ketinggian  0 – 700 meter dpl.

Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Secara teoritis, lahan kering di Indonesia dibedakan dalam dua kategori, yaitu: (1) Lahan kering beriklim kering, banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, dan (2) Lahan kering beriklim basah, banyak ditemui di kawasan barat Indonesia. Cukup banyak tipologi wilayah pengembangan lahan kering yang terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah pengembangan lahan kering yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi dan dominasi vegetasinya. Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan, dan pendayagunaan tanah yang optimum.
Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori, yakni :
  1. Hyper Arid : indek kekeringan (rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di daerah lembah, penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun), serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi Arabia “Rub’ul Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter.
  2. Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm.Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
  3. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian denga mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.
  4. Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan basah.  Di Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah tersebut. 


KOMPONEN PENYUSUN
Lahan kering (tegalan) memiliki 2 komponen penyusun, yaitu:
1.      Komponen Abiotik
Komponen abiotic merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotic merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substart untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh komponen abiotic adalah cahaya matahari, air, udara,tanah, topografi dan iklim.
·         Cahaya matahari
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2) dan salinasi atau penggaraman di tanah.

·         Air
Hampir semua makluk hidup membutuhkan air. Karena itu, ar merupakan komponen yang ital. bagi kehidupan. Pada lahan kering, air yag terdapat dalam tanah dapat ditaha oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau keadaan drainase yang kurang baik. Rendahnya curah hujan pada tegalan, akan menjadi ciri khas yang hanya memiliki keterbatasan/ketersediaan air.

·         Tanah
Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik yaitu berstruktur padat kelembapan lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah bawah (sub soil) rendah sirkulasi udara agak terhambat dan kemampuan tanah untuk menyimpan air relative rendah. Lahan kering sebagian besar terdiri dari tanah-tanah ultisol incaptisol atau alufial alfisol dan oksisol namun tetap berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan yang produktif dengan pemilihan teknologi dan jenis komuditi yang sesuai. Allufial merupakan tanah yang berkembang dari bahan allufium muda (receen) mempunyai susunan berlapir atau kadar C-organik tak teratur dengan kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah allufial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau merupakan hasil endapan bahan-bahan kolluvial akibat angkutan dari daerah di atasnya

·         Suhu
Pada semua ekosistem, suhu sangat berpengaruh. Karena di ekosistem yang berbeda suhu akan berbeda. Seperti pada tegalan, memiliki suhu yang cukup panas, sehingga jenis tanaman yang dapat ditanam sangat sedikit.

·         Kelembapan
Kelembapan udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan asalkan kadar air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%


2.      Komponen biotik di dalam lahan kering.
a.       Manusia
Manusia merupakan factor komponen biotik yang paling kuat, karena manusia yang bisa mengatur atau mengolah semua yang ada di bumi. Dalam hal ini, yang mengolah tegalan adalah manusia. Bukan hanya agroekosistem tegalan saja yang harus diolah, tapi semua agroekosistem.

b.      Biota Tanah
Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan/tanah yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, meningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur agregat tanah. Walaupun pengaruhnya terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum biota tanah dapat dipandang sebagai pengatur proses fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah.
Biota tanah adalah kumpulan jasad hidup yang menjadikan tubuh tanah sebagai ruang hidup untuk menjalankan sebagai atau seluruh kegiatan ekologisnya. Biota tanah merupakan bagian tidak dapat terpiahkan tubuh tanah yang antara keduanya terdapat hubungan timbal balik. Biota tanah merupakan salah factor pembentuk tanah yang kegiatan ekofisiologisnya mengendalikan aneka proses pedogenik tanah, antara lain melalui perombakan (mineralisasi), menghancurkan dan merombak bahan organik (humifikasi, mineralisasi) dan mencampur aduk bahan penyusun tanah (pedoturbasi)

c.       Hewan Ternak
Lahan kering bisa juga menjadi tempat berlangsungnya keanekaragaman hayati dimana terdapat beberapa hewan yang hidup di lahan kering.


INTERAKSI ANTAR KOMPONEN
Komponen abiotik dan biotik di dalam lahan kering saling berinteraksi untuk mencapai keseimbangan lahan kering pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik. Komponen biotik dan abiotic juga membentuk siklus, seperti siklus karbondioksida. siklus ini berjalan untuk sebagai hasil interaksi komponen yang ada di dalam ekosistem tersebut.
Dalam hal ini interaksi antar komponen, antara komponen biotic dan komponen abiotic saling berhubungan untuk meningkatkan kualitas di tanaman tersebut.
Beberapa interaksi antar komponen, yaitu:
1.      Cahaya matahari
semua jenis tanaman pasti membutuhkan cahaya matahari, karena matahari dapat membuat tanaman akan tumbuh dengan segar.
2.      Air
Tanaman di lahan kering pasti sangat membutuhkan air. Tanpa air di lahan kering vegetasi tanaman tidak akan ada. Jenis tanaman di lahan kering juga sedikit sehingga kebutuhan air sangat banyak dibutuhkan.

3.      Suhu
Suhu di lahan kering cukup panas sehingga tanaman yang ditanam tidak terlalu banyak jenisnya. Dikarenakan suhu yang cukup panas, hasil untuk tanaman tersebut sangat sulit untuk diperoleh.
4.      Tanah
Tanah yang cukup padat dan kering membuat tanaman di tanah yang kering sulit untuk berproduksi.


ANALISIS AGROEKOSISTEM

A.    Produktivitas
Tingkat produktivitas pada lahan kering lebih sedikit dan jenis tanamannya hanya jenis tanaman yang hanya mmbutuhkan curah hujan. Dalam hal ini produktivitas merupakan rasio dari total output dengan input yang digunakan dalam produksi. Produktivitas lahan berkesesuaian dengan kapasitas lahan untuk menyerap input produksi dan menghasilkan output dalam produksi tanaman. Dibandingkan dengan wanatani, produktivitas sangat tinggi karena tanaman pada wanatani lebih banyak dan segi ekonomi pada agroekosistem wanatani lebih tinggi.

B.     Keberlanjutan
Dari segi keberlanjutannya, tanaman pada agroekosistem tegalan sangat sulit untuk bertahan hidup dikarenakan tegalan hanya mengandalkan curah hujan saja. Sehingga untuk hasilnya sangat minim. Selain itu, tanaman hanya dapat ditanam pada waktu-waktu tertentu. Dibandingkan dengan wanatani, proses untuk bertahan hidup lebih lama. Dikarenakan jenis tanamannya beragam dan tidak bergantung pada curah hujan.

C.     Stabilitas
Nilai ekonomi pada agrosistem tegalan sangat rendah dibanding dengan wanatani. Karena jenis tanamannya hanya satu jenis tanaman yang ditanam pada lahan tertentu dan panen juga berdasarkan waktu-waktu tertentu.


KESIMPULAN
Pertanian Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) yang dilakukan di lahan kering. Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah tersebut.
Kondisi lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk pertanian. Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh adalah media tanam, air, cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik tersebut terhambat oleh kondisi daerah lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim.
Komponen abiotik pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30% udara, 20-30% air, tanah, cahaya, arus angin, pH atau derajat keasaman, iklim.




PERTANYAAN DISKUSI
(2)   Apa yang dimaksud dengan Hyper Arid, Arid, Semi Arid, Sub Humid ? Indonesia termasuk kategori apa? Intan Safharida (20130220030)
(3)   Sebutkan contoh tanaman yang dapat di tanam di Hyper Arid? Riki Ilham Nadir (20130220014)
(4)   Apakah Tumpang Sari dapat meningkatkan keuntungan ? Febri Herdani

JAWABAN DISKUSI
1.      Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori, yakni :
(1)   Hyper Arid : indek kekeringan(rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di daerah1.  lembah, penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun), serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi Arabia “Rub’ul Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter.
2)      Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm.Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
3)      Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian dengan mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.
4)      Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan basah.  Di Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Jadi diantara keempat kategori ini, Indonesia termasuk bagian Sub Humid karena di Sub Humid ini merupakan area lahan kering yang berada di Indonesia kawasan bagian Timur.
2.      Contoh tanaman yang ditanam di Hyper Arid adalah rumput-rumput yang tumbuh di daerah lembah. Di daerah ini tidak terdapat vegetasi tanaman.

3.      Iya, karena pertanaman tumpang sari dapat memberikan keuntungan dan dapat memberikan kestabilan cukup baik dalam menghadapi keterbatasan curah hujan. Di bidang ekonomi mampu memberikan kesinambungan pendapatan selama satu tahun kepada petani.