Lahan Kering (Tegalan)
Disusun oleh:
Halim Surya Putra 20130220031
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2014
LATAR
BELAKANG
Lahan kering adalah bagian dari
ekosistem teresterial yang luasnya relatif luas dibandingkan dengan lahan
basah (Mutmainah, 2009). Pada saat ini pemanfaatan lahan kering untuk keperluan
pertanian baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan/ perkebunan sudah sangat
berkembang.
Pemanfaatan
lahan kering di daerah perbukitan dan pegunungan untuk pertanian semusim untuk
menghasilkan bahan pangan banyak dijumpai dan dilakukan penduduk yang bermukim
di pedesaan. Dengan pemanfaatan lahan kering di pegunungan dan perbukitan
secara terus menerus tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan menyebabkan terjadinya
erosi dan penurunan kesuburan yang berat. Sedangkan secara ekologi akan
mengganggu keseimbangan ekosistim terjadi penurunan kekayaan hayati yang berat (Stehr, 1982). Para pakar lingkungan di
Indonesia membagi Agroekosistem lahan kering kedalam beberapa kategori
berdasarkan iklim, ketinggian tempat dari permukaan laut dan jenis tanah
dengan ketentuan sebagai berikut:
Berdasarkan Iklim.
1)
Lahan
kering iklim basah (LKIB) yaitu daerah yang memiliki curah hujan diatas 2500
mm/tahun
2)
Lahan
kering iklim kering (LKIK) yaitu daerah yang memiliki curah hujan dibawah
2000 mm/ tahun
Berdasarkan ketinggian tempat.
1.
Lahan
kering dataran tinggi (LKDT) yaitu daerah yang berada pada ketinggian diatas
700 meter dpl.
2.
Lahan
kering dataran rendah (LKDR) yaitu daerah yang berada pada ketinggian 0 –
700 meter dpl.
Lahan kering adalah lahan yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan
biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Secara teoritis, lahan kering di Indonesia dibedakan dalam
dua kategori, yaitu: (1) Lahan kering beriklim kering, banyak terdapat di
kawasan timur Indonesia, dan (2) Lahan kering beriklim basah, banyak ditemui di
kawasan barat Indonesia. Cukup banyak tipologi wilayah pengembangan lahan
kering yang terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah pengembangan lahan
kering yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi dan
dominasi vegetasinya. Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang
tepat dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin
kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan
datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah
rehabilitasi, pengawetan, perencanaan, dan pendayagunaan tanah yang optimum.
Lahan kering
dibagi ke dalam empat kategori, yakni :
- Hyper Arid : indek kekeringan (rasio antara curah hujan dan
evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya
beberapa rumpun rumput di daerah lembah, penggembalaan ternak
berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun), serta
hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan
sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi Arabia “Rub’ul
Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter.
- Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai
dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi
tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya
terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm.Terdapat di
Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
- Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang
ditandai dengan adanya kegiatan pertanian denga mengandalkan air hujan
meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan komunal,
dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di perbatasan daerah
tropis dan sub-tropis.
- Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub
humid juga dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya
memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan basah. Di Indonesia
kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa
kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan
lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya.
Hilangnya fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus
diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk
pembentukan tanah tersebut.
KOMPONEN PENYUSUN
Lahan kering
(tegalan) memiliki 2 komponen penyusun, yaitu:
1.
Komponen Abiotik
Komponen abiotic merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotic merupakan keadaan
fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substart untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh komponen
abiotic adalah cahaya matahari, air, udara,tanah, topografi dan iklim.
·
Cahaya matahari
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering
mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2)
dan salinasi atau penggaraman di tanah.
·
Air
Hampir semua makluk hidup membutuhkan air. Karena itu,
ar merupakan komponen yang ital. bagi kehidupan. Pada lahan kering, air yag terdapat
dalam tanah dapat ditaha oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau
keadaan drainase yang kurang baik. Rendahnya curah hujan pada tegalan, akan
menjadi ciri khas yang hanya memiliki keterbatasan/ketersediaan air.
·
Tanah
Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik yaitu
berstruktur padat kelembapan lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah
bawah (sub soil) rendah sirkulasi udara agak terhambat dan kemampuan tanah
untuk menyimpan air relative rendah. Lahan kering sebagian besar terdiri dari
tanah-tanah ultisol incaptisol atau alufial alfisol dan oksisol namun tetap
berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan yang produktif dengan pemilihan
teknologi dan jenis komuditi yang sesuai. Allufial merupakan tanah yang
berkembang dari bahan allufium muda (receen) mempunyai susunan berlapir atau
kadar C-organik tak teratur dengan kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada
kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah allufial hanya
meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau merupakan hasil
endapan bahan-bahan kolluvial akibat angkutan dari daerah di atasnya
·
Suhu
Pada semua ekosistem, suhu sangat berpengaruh. Karena
di ekosistem yang berbeda suhu akan berbeda. Seperti pada tegalan, memiliki
suhu yang cukup panas, sehingga jenis tanaman yang dapat ditanam sangat
sedikit.
·
Kelembapan
Kelembapan
udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan asalkan kadar air cukup
tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%
2.
Komponen biotik
di dalam lahan kering.
a.
Manusia
Manusia
merupakan factor komponen biotik yang paling kuat, karena manusia yang bisa
mengatur atau mengolah semua yang ada di bumi. Dalam hal ini, yang mengolah
tegalan adalah manusia. Bukan hanya agroekosistem tegalan saja yang harus
diolah, tapi semua agroekosistem.
b.
Biota Tanah
Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem
lahan/tanah yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan
berat jenis, meningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan
air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba,
dan perbaikan struktur agregat tanah. Walaupun pengaruhnya terhadap pembentukan
tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum biota
tanah dapat dipandang sebagai pengatur proses fisik, kimia maupun biokimia
dalam tanah.
Biota tanah adalah kumpulan jasad hidup yang menjadikan tubuh tanah sebagai
ruang hidup untuk menjalankan sebagai atau seluruh kegiatan ekologisnya. Biota
tanah merupakan bagian tidak dapat terpiahkan tubuh tanah yang antara keduanya
terdapat hubungan timbal balik. Biota tanah merupakan salah factor pembentuk
tanah yang kegiatan ekofisiologisnya mengendalikan aneka proses pedogenik
tanah, antara lain melalui perombakan (mineralisasi), menghancurkan dan
merombak bahan organik (humifikasi, mineralisasi) dan mencampur aduk bahan
penyusun tanah (pedoturbasi)
c.
Hewan Ternak
Lahan
kering bisa juga menjadi tempat berlangsungnya keanekaragaman hayati dimana
terdapat beberapa hewan yang hidup di lahan kering.
INTERAKSI ANTAR KOMPONEN
Komponen abiotik dan biotik di dalam lahan kering
saling berinteraksi untuk mencapai keseimbangan lahan kering pertanian.
Kebutuhan pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya
faktor abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi
dalam tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur
biogeokimiawi di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
Komponen biotik dan abiotic juga membentuk siklus, seperti siklus
karbondioksida. siklus ini berjalan untuk sebagai hasil interaksi komponen yang
ada di dalam ekosistem tersebut.
Dalam hal ini interaksi antar komponen, antara
komponen biotic dan komponen abiotic saling berhubungan untuk meningkatkan
kualitas di tanaman tersebut.
Beberapa interaksi antar komponen, yaitu:
1.
Cahaya matahari
semua
jenis tanaman pasti membutuhkan cahaya matahari, karena matahari dapat membuat
tanaman akan tumbuh dengan segar.
2.
Air
Tanaman
di lahan kering pasti sangat membutuhkan air. Tanpa air di lahan kering
vegetasi tanaman tidak akan ada. Jenis tanaman di lahan kering juga sedikit
sehingga kebutuhan air sangat banyak dibutuhkan.
3.
Suhu
Suhu
di lahan kering cukup panas sehingga tanaman yang ditanam tidak terlalu banyak
jenisnya. Dikarenakan suhu yang cukup panas, hasil untuk tanaman tersebut
sangat sulit untuk diperoleh.
4.
Tanah
Tanah yang
cukup padat dan kering membuat tanaman di tanah yang kering sulit untuk
berproduksi.
ANALISIS AGROEKOSISTEM
A. Produktivitas
Tingkat produktivitas pada lahan kering lebih sedikit
dan jenis tanamannya hanya jenis tanaman yang hanya mmbutuhkan curah hujan.
Dalam hal ini produktivitas merupakan rasio dari total output dengan input yang
digunakan dalam produksi. Produktivitas lahan berkesesuaian dengan kapasitas
lahan untuk menyerap input produksi dan menghasilkan output dalam produksi tanaman.
Dibandingkan dengan wanatani, produktivitas sangat tinggi karena tanaman pada
wanatani lebih banyak dan segi ekonomi pada agroekosistem wanatani lebih
tinggi.
B.
Keberlanjutan
Dari segi keberlanjutannya, tanaman pada agroekosistem
tegalan sangat sulit untuk bertahan hidup dikarenakan tegalan hanya
mengandalkan curah hujan saja. Sehingga untuk hasilnya sangat minim. Selain
itu, tanaman hanya dapat ditanam pada waktu-waktu tertentu. Dibandingkan dengan
wanatani, proses untuk bertahan hidup lebih lama. Dikarenakan jenis tanamannya
beragam dan tidak bergantung pada curah hujan.
C.
Stabilitas
Nilai ekonomi pada agrosistem tegalan sangat rendah
dibanding dengan wanatani. Karena jenis tanamannya hanya satu jenis tanaman
yang ditanam pada lahan tertentu dan panen juga berdasarkan waktu-waktu
tertentu.
KESIMPULAN
Pertanian
Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) yang dilakukan di lahan
kering. Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan
lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya.
Hilangnya fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus
diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk
pembentukan tanah tersebut.
Kondisi
lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk
pertanian. Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh adalah media
tanam, air, cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang diperlukan
tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik tersebut terhambat oleh kondisi daerah
lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim.
Komponen abiotik pada tanah lapisan atas yang baik
untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45%
(volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30% udara, 20-30% air, tanah,
cahaya, arus angin, pH atau derajat keasaman, iklim.
PERTANYAAN
DISKUSI
(2)
Apa yang
dimaksud dengan Hyper Arid, Arid, Semi Arid, Sub Humid ? Indonesia termasuk
kategori apa? Intan Safharida (20130220030)
(3)
Sebutkan contoh
tanaman yang dapat di tanam di Hyper Arid? Riki Ilham
Nadir (20130220014)
(4)
Apakah Tumpang
Sari dapat meningkatkan keuntungan ? Febri Herdani
JAWABAN
DISKUSI
1.
Lahan kering dibagi ke dalam empat
kategori, yakni :
(1)
Hyper Arid : indek kekeringan(rasio
antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi
tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di daerah1. lembah,
penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100
mm/tahun), serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak
terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi
Arabia “Rub’ul Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter.
2)
Arid : indek kekeringan 0.03-0.20
yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan
irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya
terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm.Terdapat di Jeddah,
Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
3)
Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5
yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian dengan mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat
kegiatan peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya
terdapat di perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.
4)
Sub Humid: indek kekeringan
0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski
sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan basah. Di
Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat
beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Jadi diantara
keempat kategori ini, Indonesia termasuk bagian Sub Humid karena di Sub Humid
ini merupakan area lahan kering yang berada di Indonesia kawasan bagian Timur.
2. Contoh tanaman yang ditanam di Hyper Arid adalah
rumput-rumput yang tumbuh di daerah lembah. Di daerah ini tidak terdapat
vegetasi tanaman.
3. Iya, karena pertanaman tumpang sari dapat memberikan
keuntungan dan dapat memberikan kestabilan cukup baik dalam menghadapi
keterbatasan curah hujan. Di bidang ekonomi mampu memberikan kesinambungan
pendapatan selama satu tahun kepada petani.